Aldy. (Instagram/@aldymldni) (Instagram/@aldymldni)
Satria lari sekuat tenaga. Tapi bayangan sumur tua di belakang warung terus menghantuinya. Di sanalah semuanya bermula, tempat roh penjaga diberi makan biar nggak keluar cari mangsa sendiri.
Dengan bantuan Laras, yang ternyata udah muak dengan semua ini, Satria bersembunyi di gudang belakang warung. Di sana dia nemuin buku tua berisi mantra dan peringatan: Sumur penjaga harus diberi makan di tanggal genap, agar gerbang tidak terbuka.
Tapi udah telat. Saat Satria mencoba kabur, dia dihadang. Dalam keputusasaan, dia dorong tubuh Bu Sarmi ke arah sumur dan... hening. Suara dari dalam sumur mengaum, bukan suara manusia. “Rohnya… sudah puas,” bisik Laras.
Keesokan harinya, polisi datang. Tapi... warungnya nggak ada. Nggak ada sumur, nggak ada gudang. Cuma tanah kosong. Polisi bilang, “Mungkin Bapak terlalu lelah, nggak ada warung soto di desa ini.”
Satria nyaris gila. Tapi dia tahu, apa yang dia alami nyata.
Sebulan berlalu. Satria pindah ke kota lain, mencoba hidup normal. Sampai suatu hari, dia dapet surat. Bukan dari siapa-siapa, cuma brosur kecil bertuliskan:
Soto Bu Sarmi. Hanya buka di tanggal ganjil.
Tangannya gemetar. Rasa soto itu masih membekas di lidah, tapi sekarang dia tahu, rasa seenak itu datang dengan harga yang mengerikan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Hindustantimes.com